Jumat, 04 Desember 2015

For All Cerpeners~

I'm back! :)

Kali ini mau berbagi pengalaman satu bulan lalu ...
Sempet bingung soalnya ngga tau suasana press-conf sebenernya kayak apa.
Dan ternyata, ya kayak gitu he

Bertanya-tanya kenapa bisa ikut press-conf?
Mari kita flashback <---

Jadi, sekitar bulan Oktober 2014 lalu, aku ikut lomba cerpen nih yang diselenggarakan oleh Faber-Castell Indonesia #twothumbsup
Bertemakan Best Adventure, akhirnya iseng-iseng kirim 3 judul cerpen (salah satunya yaitu cerpen postingan atas) dan alhamdulillah satu dari tiga cerpen itu ada yang menarik hati juri! 

Pertama kali ikut lomba semacam itu, tiba-tiba langsung dapat juara, rasanya seneng banget. Ngga sia-sia punya angan-angan mau jadi penulis profesional yang namanya tertera di sebuah novel laris aamiin ;)

Daan rasa senengnya ngga cuma sampai disitu.
Kumpulan cerpen pemenang itu ternyata dibukukan lho! #thanksGod
Jadi makin berasa, jadi gini loh rasanya punya tulisan yang diterbitin, meskipun jadinya cuma 11 halaman, but it's okay

Nah, bulan Oktober kemarin buku tersebut pun sudah jadii #hurray
Maka diadakanlah press-conf peluncuran buku Best Adventure beserta pembukaan lomba cerpen tahun 2015 yang bertemakan ~Misteri~


Foto di atas ketika press-conf
Ayo kenalan satu-satu, dari kiri ke kanan yaa
Ada juri lomba tahun 2015 ini yaitu Risa Saraswati, Intan Savitri (editor Tulisen.com), dan Nina Moran (CEO GoGirl), bapak presdir Faber-Castell, Wina Witaria (pemenang A), dan sayaa

Begitulah pengalaman pertama yang inshaAllah bukan langsung jadi pengalaman terakhir. Pengalaman yang menyenangkan, luar biasa, dan ....

And now!!
Aku mau mengajak kalian untuk ikut di Lomba Cerpen Faber-Castell 2015 "Misteri" ini.
Ayo dicoba, siapa tau keberuntungan berpihak pada kalian :)

Silakan buka link ini http://lombacerpen.com/ <----

Oh .... kalau penasaran sama isi buku Best Adventure, silakan dibeli saja hehe

Thanks for visiting :)


Rabu, 02 Desember 2015

*First Trial*

Postingan pertama!!!! 

Cerpen ini pernah ikut serta dalam sebuah lomba, tapi ngga menang -.-
Daripada numpuk ngga kepake di laptop, jadi mending di-share aja ya kaan
Semoga pembaca terhibur ^^ 

Let's see ...


Real or Not Real



             Berawal dari saat guru Biologi menghukumku karena tidak mengerjakan tugas mencari Bahasa Latin dari nama-nama tulang yang menyusun tubuh. Jangan heran, aku sudah terkenal sebagai siswa pemalas. Jika ada penghargaan pelajar pemalas, mungkin aku akan mendapatkannya dan aku bangga akan hal itu. Setiap orang pastinya memiliki kelebihan tertentu yang bisa dibanggakan, bukan?

             Tapi orang tua, teman, maupun guru-guru tidak setuju itu. Jelas! Mana mungkin ada orang waras yang justru mengagumi sifat malasnya?

                Hingga akhirnya sesuatu yang tak terduga datang padaku.

               Setelah memperoleh hukuman untuk mengerjakan sebanyak 50 butir soal Biologi, kakiku melangkah ringan menuju perpustakaan. Salah satu ruangan di sekolah, selain ruang guru, yang tidak pernah menjadi daftar tujuanku.

***

              Sesampainya di sana aku justru bingung. Bertanya-tanya mengapa aku bisa berdiri di depan rak buku pelajaran, terlebih lagi jari-jariku sudah siap mengambil buku Biologi kelas XI. Perpustakawan pun menatapku heran seolah tampangku ini bagai orang yang baru saja tertimpa benda berat, kemudian hilang ingatan. Oleh karena itu, kuputuskan untuk mengambil buku tersebut dan berjalan mengarah pada area baca. Aku duduk di salah satu kursi yang menghadap meja. Membuka buku yang isinya terlihat seperti rangkaian tulisan sansekerta, sehingga aku tak bisa membaca apalagi memahaminya.

               Beberapa jam berlalu. Kupikir aku tertidur, setelah sadar bahwa ada rasa dingin akibat rembesan air pada halaman buku yang berasal dari sudur bibirku. Masih dalam keadaan setengah sadar, aku mendengar derap langkah kaki yang semakin mendekat. Wajahku reflek melongo pada kaca yang mengarah ke luar. Para siswa masih berkeliaran di koridor. Masih istirahat, pikirku.

             “Ayo kerjain tugasmu!” hentakkan tumpukan buku terdengar begitu mengagetkan. Melihat seseorang berdiri di sampingku, aku hanya mampu mengerjapkan mata.

              Aku melihat bidadari.

             Paling tidak, sampai ia memberikan setumpuk buku lagi tepat di hadapanku. “Ayo dikerjain, Dio! Aku ngga mau kamu tinggal kelas cuma gara-gara otak kamu itu dipenuhin sama rasa malas!” lanjutnya tanpa jeda dan yang justru kulakukan adalah menatapnya pongah.

              Aku ingin bicara. Hanya saja aku merasa akan tergagap saat bicara.

              “Lo siapa?”

        “Aku siapa?” tanyanya marah. “Aku orang yang kamu minta supaya kamu bisa semangat! Sekarang aku udah datang …” ujarnya sambil menyusun buku. “Jadi, ubah diri kamu.”

             Oh. PIkiranku melayang.

           Apa yang sedang ia bicarakan? Aku memintanya datang? Aku memiliki permintaan semacam itu?

             Ya! Tentu! Mengapa aku bisa lupa?

          Sebelumnya, saat aku melihat tulisan sansekerta pada buku Biologi, aku berharap seandainya ada seseorang yang bisa menjadi penyemangat untukku. Mungkin rasa malas yang sudah mengakar dalam diriku bisa hilang. Akan tetapi, Tuhan benar mengabulkannya? Sekarang? Agak aneh, karena aku merasa tidak pernah melihat perempuan ini sebelumnya. Murid baru, kah? Siapa yang peduli, pikirku menahan senyum.

***

          Mulai saat itu hidupku berubah. Biasanya hari-hariku diisi dengan main-main tak jelas, namun kini diisi dengan belajar. Selain otak yang semakin lancar berpikir, soal-soal pelajaran apapun bisa dikerjakan, serta nilai-nilai yang di atas rata-rata, kusadari bahwa hari-hari yang kujalani pun terasa berlalu begitu cepat. Bagai sekelibat pemandangan di luar jendela kereta yang sedang melaju kencang.

           Aku sungguh merasakan perubahan yang luar biasa pada diriku. Dan hal itu terjadi semenjak aku menemukan penyemangatku. Seorang perempuan yang datang sendiri padaku di dalam perpustakaan.

           Hampir setiap hari aku bersamanya. Ia benar-benar menjadikanku lebih baik. Ia telah mengajakku masuk ke dalam petualangan belajarnya yang menyenangkan dan membuatku nyaman. Sekarang, predikat malas dan langganan nilai jelek sudah tidak lagi ditujukan padaku. Hilangnya semudah daun kering yang tertiup angin, begitu ringan tanpa beban. Bahkan saat pembagian rapot, nyaris tak ada nilai yang di bawah standar. Gelar juara kelas pun justru aku yang berhasil memilikinya.

              Aku mendapatkan salam selamat, senyuman penuh bangga, dan tepukan keras dari arah belakang.

               Lalu, … 


And then ... 
Tunggu kelanjutannya di blog ini yaa 
atau boleh menerka-nerka apa yang terjadi selanjutnya hehe

Give me your comment for a better story, yo ...
Thanks for visiting and reading ^^